SI KAYA YANG MENGINSPIRASI SAYA


Tulisan ini saya terinspirasi dari seorang teman yang dengannya saya akrab sampai detik ini, saya mengenalnya sejak dua tahun silam antara tahun 2012 an. Jujur saya kagum dengan kepribadiannya, kagum dengan cara bicaranya. Kalau saya mau gambarkan dia itu anak orang kaya profesi ayah dan ibunya adalah seorang dokter keduanya, logis jika kita katakan "Orang kaya bisa membeli apa yang dia mau, bisa tinggal di rumah mewah mana saja dan bisa makan mewah apa saja yang ada di dunia ini" mungkin sederhananya seperti itu analogi anak orang kaya. Secara umumnya saya melihat anak orang kaya itu rada menyebalkan meski tidak semua, kemana-mana pakaiannya serba keren, mahal dan ngikutin style yang sedang trendi di jaman sekarang. Kalo bepergian minimal dia naik kendaraan entah motor, mobil yang jelas ga mau jalan kaki aliyas ngetug kalo kemana-kemana. Style rambut style anak muda yang lagi trendi atau ngikutin idola kecintaan dia dan tidak sulit bagi anak orang kaya tinggal pergi ke tempat salon, selesai urusan. Sepatu, jarang banget anak orang kaya pake sepatu yang biasa saya pakai dulu yang merknya NB itu loh, paling banter harga sepatu anak orang kaya berkisar di angka 300 ribuan paling mahal sejuta keatas, kalo saya paling mikir-mikir dulu mau beli sepatu seharga segitu "Mau jajan apa lo besok? Mau makan apa lo besok ? kalo untuk Mahasiswa". 
Untuk handphon, minimal anak orang kaya pegangannya Blackberry atau IPHON 5 pokoknya Hp yang harganya selangit yang kapan saja dia bisa ganti kalo ada Hp launching baru lagi. Saya aja sampai sekarang Hp masih Sony ericsson type jadul mau ganti Anrdroid kudu rela ga makan, dan harus nabung berbulan. 

Itu gambaran saya tentang anak rang kaya selama ini, dan saya yakin masih banyak kriteria yang belum saya tulis di sini boleh nanti pembaca tambahkan di kolom komentar.
Sebut saja namanya Solah, dia anak orang kaya (menurut kaca mata hidup saya), ibu dan ayahnya berprofesi sebagai dokter dan anggota DPR (bayangin gaji seorang dokter dan DPR), dia tinggal di salah satu komplek atau perumahan ternama di daerah bogor, Alhamdulillah saya pernah di ajak maen ke kediamannya. Sepintas saya mengira dia itu seperti gambaran saya di atas, tapi ternyata kriteria di atas melenceng dan tiak berlaku buat teman saya yang satu ini, Solah. 
Kalo tidak salah dia anak ke-2 dari 7 bersaudara, artinya dia punya kakak dan banyak adik. Umumnya anak orang kaya sekolahnya di sekolah elit waktu SMAnya, tapi Solah dia itu anak pesantren loh, pinter ngaji dan pandai bahasa arab juga loh plus guanteng kaya sakuteng belum mateng 'perfect boy'. Kebetulan saya satu kampus dan satu kelas sama dia plus satu tempat duduk di kelas, makannya saya tau banget soal dia. Anaknya efisien waktu banget, disiplin dan pengertian, dia kalo di kelas suka baca qur'an kalo dosen belum datang, btw hafalan dia lebih banyak dari saya :(. Enak di ajak ngobrol dan suka ngelawak. 
Bicara kampus atau tempat kuliahan, siap-siap terkaget-kaget yah, jangan kedip tuh mata selama baca tulisan saya ini. lets read ! 
Solah terlahir dan hidup dalam serba kecukupan, rasanya tak ada yg kuran suatu apapun dalam hal materi. Selepas SMA di pesantren bogor, dia enggan berkuliah (ini pengakuan dia saat saya berbincang-bincang langsung sama dia), dia tidak tertarik dengan dunia perkuliahan, dia tidak tertarik dengan dunia kampus yang glamour seperti di layar-layar kaca, semangat untuk kuliahnya pupus saat dia mulai mencintai harga diri dan kesucian dirinya sebagai orang muslim, dia terlanjur falling in love terhadap ajaran agamanya, dia lebih senang dengan nilai-nilai agama yang di tanamkan guru-guru spiritualnya, sang murabbi saya menyebutnya. Jauh terasa saya membayangkan bagai jauhnya panggang dari apinya. Tahun 2012 ajaran baru akademik di buka, saya dan kawan saya ikut mendaftarkan diri untuk mencoba keberuntungan blajar di salah satu kampus yang bisa di katakan kampus terpencil, terkecil dan tidak banyak orang tau, ironisnya kampus itu berada di pinggiran ibu kota yang semakin ramai saja. 

****************************
Alhamdulillah saya dan kawan sayapun di terima di kampus yang basicnya adalah berlandaskan dakwah, tentunya dakwah yang komprehensip tidak setengah-tengah. Kampus yang lulusannya terlahir sebagai seorang da'i yang bisa hidup dan bisa menghidupi orang lain, seorang da'i yang pintar politik, pintar agama, pintar ilmu sosial dan pintar berbisnis dan ini saya dapatkan di kampus bernama An-Nuaimy. Singkat cerita, sayapun menikuti ajaran baru di kampus tersebut, dan sayang kawan saya tidak bisa bergabung dengan saya karena dia di terima di Universitas Islam Madinah (UIM). Semester demi semester saya jalani dengan segala keterbatasan saya sebagai anak perantau yang memilki prinsip hidup "Dimanapun saya tinggal itu adalah rumah saya dan saya harus bisa mandiri". 
Akhirnya Allah mempertemukan saya dengan Solah, seorang yang menjadi inspirasi buat saya ketika saya kalah dalam pertarungan dunia. Awalnya saya suka melihat dia di kampus, tapi saya belum tau namanya dan kepribadian dia secara utuh, dan saat itulah Allah izinkan saya berteman dengannya. 
Kampus kami hanya sebidang tanah kecil di pinggiran ibu kota, kampus kami tidak luas hanya saja tinggi menjulang karena memiliki 4 lantai, bentuknya seperti kubus segi empat jika di lihat dari atas dan hanya memiliki 1 tempat olah raga baminton yang terletak di tengah-tengah antara kelas dan kantor dosen, ruang aula dan asrama mahasiswa, yah kami tinggal di asrama kampus, dan 1 lapangan bola, tidak jelas juga entah lapangan futsal atau lapangan boal besar, karena lpangan tersebut hanya beralaskan aspal kasar dan juga itu tempat parkir para mobil dan motor dosen. Jadi kalo ingin maen bola, kami harus rela menunggu kendaraan dosen sampai semuanya pergi dan baru bisa dipakai untuk main bola, ironiskan tapi tetap mensyukuri, kenapa? karena kampus kami gartis tis tis hanya di bebankan uang makan yang setiap bulan mahasiswa harus iuran 450.000 rupiah, ini juga yang membuat saya bersyukur dan kembali tersmotivasi dari sosok Solah si anak orang kaya yang relakuliah di kampus mungil yang tak sebrapa jumlah mahasiswanya, yang rela tidur bareng saya dan teman-teman di kamar asrama padahal bisa saja dia pualng ke rumahnya setiap hari, entah dia bawa motor atau bawa mobil dia sendiri. Sekali lagi saya terkejut dan merenung dengan sosok Solah ini. 
*********************
Solah memiliki adik laki-laki yang sekarang dia kuliah di fakultas kedokteran, sebelumnya kakak perempuannya juga kuliah di Politeknik Negeri Jakarta, atau adiknya adik Solah yang sekarang sekolah plus pesantren modern yang cukup populer di daerah kuningan jawa barat, namanya pesantren khusnul. Lihat betapa beruntungnya mereka kakak dan adiknya Solah menikmati masa-masa belajarnya di univrsitas-universitas terkemuka di ibu kota, sedangkan Solah, tidak. Dia memilih kuliah di kampus yang belum jelas statusnya, terakreditasi saja belum bahkan untuk masalah skripsi saja saya dan Solah masih bingung buatnya, pasalnya kampus kami masih menginduk ke kampus lain. 
Solah si anak kaya yang penuh sederhana, dia rela membaktikan jiwanya untuk agamanya, dia ingin menjadi pribadi da'i yang bisa merubah masyarkat menjadi msyarakat tarbiyyah islamiyah. Begitu kagum saya saat mendengar motto hidupnya ketika berbincang-bincang santai di kelas. 
Pernah suautu hari, hari sabtu sore saya berencana maen ke rumah Solah, pakaiannya sederhana saat dia pergi kemana-mana, hanya bercelana training plus baju bola Barcelona kesayangannya ditambah topi hitam khas yang selalu dipakainya kemana-mana. Kami pun berangkat menaiki angkot mikrolet menuju slipi rencana kami akan naik busway dari slipi ke bogor tapi bukan busway yang biasa di DKI, busway khusus angkutan ke Bogor kalo tidak salah namanya BPJB, sejenis busway. Harga tiketnya pun 12.000 rupiah berbeda dengan tiket busway pada umumnya, karena BPJB ini khusus ankutan Bogor-Jakarta. 
Sepanjang jalan menuju Slipi kami hanya ngobrol ringan, macam-macam topiknya, masalah agama, masalah Gaza dan Palestina sampai masalah tugas kampus yang belum kelar di kerjakan. 
"Kiri bang" Solah meminta sopir berhenti.
"Berapa lah ongkosnya?" tanyaku.
"6000, udah biar ane aja yang bayar" jawabnya.
"Syukran yeh..." sahutku bahagia di bayarin :)
Kami pun naik BPJB malam itu, jalanan begitu ramai, di tambah pendar-pendar lampu jalanan dan kendaraan semakin menambah exsotisme perjalanan malam itu ke Bogor. Kami pun terpaksa berdiri karena tak dapat kursi duduk, semuanya terisi. Aku pun berdiri di tiang dekat pintu sambil melihat keramaian sepanjang jalanan malam. Mataku berputar meliaht setiap penumpang malam itu, saat semua orang di dalam busway BPJB sibuk, ada yang nge-game, chating facebook, ngetwit status di twitter, ada juga yang sibuk browsing cari-cari informasi dengan smartphon masing-masing, "Inilah dunia, manusia hidup dalam kegelamoran patamorgana yang fana" bisikku alam hati, ku lihat sahabatku Solah telah asik dengan kantuknya, dia duduk di bibir pintu busway sambil menekuk palanya pada kedua lututnya, perlahan aku perhatikan dan bertanya pada diriku sendiri, "Astaghfirullah, tuhan ampunilah saya, slama ini saya sombong dengan apa yang saya punya, padahal itu semata-mata pemebrianMu, lihat temanku tuhan, dia anak orang kaya, tapi derajat kekayaannya tidak membuatnya angkuh dan sombong, dia sederhana tidak ku lihat sesuatu yang mencirikan dia anak orang kaya yang ayah-ibunya seorang dokter dan anggota DPR, tidakkah orang di dalam busway ini tak mengenalinya? tidak tau kalo dia anak seorang dokter dan anak seorang DPR? butakah manusia atau memang tidak tau karena kesedehanaannya menutupi status sebenarnya" hatiku mngoceh tak karuan, memuji tuhan dan sekaligus memohon ampunanya. Busway BPJB kami pun menderung menarungi perjalanan malam itu, bremmmmmmm.

**********************
Kami pun sampai di bibir jalan tempat dimana kami akan turun, komplek rumah Solah tidak jauh dari tempat kami turun, jadi kami menyusuri jalan malam itu sambil ngobrol mengisi kesepian. Ku lihat pos ronda di depan tapi entah tak kulihat satpam yang berjaga malam itu, kami pun terus berjalan. Sesampainya di tengah
perjalanan kami mampir dulu di Alfamart samping jalan, Solah dan aku membeli beberapa makanan ringan, cemilan dan Pop mie untuk kami santap sesampainya di rumah Solah, lagi-lagi semua belanjaan di bayarin lagi oleh Solah, tak henti-hentinya aku memuji tuhan yang tengah berbaik hati kepadaku malam itu. 
"Masih jauh lah rumah ente?" 
"Kagak bentar lagi, belok depan nyampe dech" terangnya. 
Benar saja hanya belok ke kanan, dan sampailah kami di rumah Solah. 
Aku pun sejenak berdiri di depan gerbang rumahnya, melihat keadaan rumahnya dari bawah sampai atas, lampu depan sedikit temaram dan sepi tak ada orang rumah, hanya terparkir mobil berwarna hitam Avanza. 
Solah yang sejak tai sibuk pencet bell dan salam, akan tetapi tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka. Ku lihat jam di Hp-ku, ternyata sudah jam satu malam, 
"Udah tidur kali lah, ini udah jam berapa coba, jam satu nih liat" aku pun mencoba memperlihatkan jam di Hp-ku. Solah pun terus mencoba membangunkan orang rumah tapi tak ada reaksi sama sekali, akhirnya dia mengambil Hp di sakunya, dan menelpon ibunya tapi tak di angkat juga. Solah pun mencek BBMnya, ternyata dia menapat BBM dari keluarganya, bahwa Abi dan Ibunya sedang pergi keluar kota ada acara, ibunya hanya menitipkan kunci dekat rak sepatu samping pintu.
"Hemm... orang rumah pergi semua, untung ada kunci" katanya. Kami pun segera membuka pintu dan masuk. 
"Kalo mau makan, dapur di sana. Kamar mandi itu", kata Solah tangannya sambil menunjuk arah. 
"Kamar ente dimana?" tanyaku.
 "Lantai tiga, yuk naik sekalian istirahat, apa mau maen PES dulu?" ajaknya.
"Ada PES lah di kamar ente? wah boleh dah maen dulu kita" seruku.

**********************
Malam itu pun sangat seru, pasalnya aku kalah terus maen PES sama dia, bahkan sampai 8-0 skornya.
"Aduh... sue, kalah terus ane, ini PES 2 sih ane kagak bisa maen PES 2" alasanku ngeles.
"Oh... gitu, ane juga kagak bisa maen, ini lagi beruntung aja" dia pun merendah.
Jam dinding pun menunjukan hampir jam tiga malam, rasa kantukpun atang menyerang kami. 
"Duh... ngantuk nih, istirahat dulu yuk tar subuh kesiangan lagi" kataku.
"Yaudah, matiin aja PESnya tar pagi maen lagi, siap-siap dibantai !" katanya meledekku.
Malam yang seru dan melelahkan itu pun berakhir di atas ranjang empuk plus slimut tebal dan AC yang sejuk. Zzzzzzzzzz.....
Pagi menyambut kami. Dan kami masih tertidur nyenyak, ku ambil Hp tak jauh dari tempat tidurku, ku lihat jam setengah enam. Kami pun bangun dan langsung berwudhu dan shalat subuh berjamaah di kamar. Ayah Solah pun datang dengan membawa nasi uduk, aku pun bersalaman sambil menebar senyum akrab. 

*********************
Tak terasa waktu sudah sore, rencana saya akan pulang ke Jakarta malam itu ba'da shalat maghrib. 
"Lah ane balik abis shalat maghrib aja, biar ga kemaleman di jalan" 
"Yaudah kita shalat dulu aja, tar ane anterin pake mobil sampe terminal" 
Kami pun shalat mahrib berjama'ah.
Sebelum pulang aku pun merapihkan kamar. Seketika aku ingat pesan teman saya dari kamboja yang ada di kampus, pintanya jangan lupa bawain mangga. kebtulan di beranda rumah Solah terapat pohon mangga yang sudah berbuah. 
"Lah... si Basri mesn mangga tuh, bawain ga ya?" kataku.
"Yaudah kita ambilin aja, bawain kasian tar nanyain lagi" sahutnya. Mangga pun berhasil kami ambil dan aku memasukannya ke dalam tas. Aku pun bersiap-siap cabut pulang ke Jakarta, sedangkan Solah sibuk memarkir mobil Avanzanya untuk mengantarkan aku ke perimpangan jalan BPJB.
"Yuk naik," pintanya.
"Wah enak ya udah bisa nyetir mobil, sejak kapan ente bisa bawa mobil?" tanyaku kagum.
"Waktu SMP ane udah di ajarin sama ortu, makannya bisa bawa mobil dech."
"Wah.. kapan2 ajarin ane ya, biar bisa juga hehehe" rayuku.
"Tenang aja, tar juga ada waktunya ente bisa bawa mobil", tuturnya.
"Lah ngkosnya berapa kesana?" 
"Nih... duit pegang, cukup tuh lima puluh ribu buat ongkos kesana, sisanya ambil aja buat ente" sudah kesekian kalinya aku melihat kebaikannya padaku, dan kesekian pula aku memuji tuhan yang Maha baik. Sungguh baik dan dermawan sahabatku ini, aku pun bersyukur di pertmukan orang seperti dia. 
Banyak orang yang kita kenal dalam hidup ini, tapi betapa sedikitnya orang yang memiliki kebaikan hati dan sifat dermawan. Aku hanya berdo'a untuk sahabatku ini, semoga Allah membalas kebaikannya, serta mengabulkan segala cita-citanya. Aamiin....
 

>

Leave a Reply


Terimakasih sudah berkunjung :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates