Riak Ombak Pada Trumbu Karang 'Rapuh'



Ia berlari membawa sesal di hati. Tak peduli. Not care. Lari sekencang-kencangnya dari deburan ombak yang hanya setahun skali datang menyapa dan menerpanya, itu pun tak segemuruh ombak tsunami aceh dulu. Dia datang hanya ingin melihatnya. Hanya ingin bercerita dengannya. Hanya ingin merapihkan tumpukan pasirnya yang mungkin sudah kalang kabut akibat ombak lama tak bersua satu tahun lamanya dengannya. Hanya ingin memastikan bahwa ia masih bisa tersenyum. Bahagia. Tenang. Dan masih tertata rapih tepi-tepi pepasiran pantai di bibir hatinya. Hanya itu saja tujuan ombak ingin bersua dengannya. Aku kira kau seperti karang yang kokoh meski di terjang ombak biasa atau bahkan seganas ombak tsunami aceh dan jepangnya. Ternyata kau hanya terumbu karang yang mudah rapuh. Layu. Lunglai dan cepat-cepat lari bila ada ombak datang, menyelamatkan diri. Kau terlalu menyalahkan diri tanpa membaca dengan kacamata bijaksana. Sehingga yang tiimbul kau selalu salah memahamiku. Salah mengartikanku dan kemudian hanya seutas kata "Maaf" yg terlempar dari lisan lembutmu. Sekali lgi aku tak perlu kata maaf arimu lagi, memangnya salah apa kamu? lalu aku harus memaafkanmu? apa kau tahu jika aku memaafkanmu atau tidak sama sekali. sudahlah tidak ada drama 'maaf' untuk hari ini dan seterusnya. Cukuplah biar waktu dan karma yang akan menjawab siapa yg benar dan siapa yang paling benar diantara kita. Bukan siapa yang salah, karena kesalahan sudah sifat kita pada awal penciptaannya. 
***

"Anggap saja aku sedang bicara sendiri pada riak ombak dan terumbu karang yang rapuh"

>

Leave a Reply


Terimakasih sudah berkunjung :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates