Bebaskanlah Dia


 ilustrasi image : deviantart.com

Pertengkaran kecil baru saja semalam terjadi. Akal sehatnya baru saja pergi, entah kemana ia pergi. Mungkin ia mencari aspirin yang bisa menyembuhkan luka lara di hatinya. Mungkin ia mencari sesuatu yang bisa meredamkan emosi tingkat tingginya. Mungkin ia mencari poros angin untuk mendinginkan kemelut panas di jiwa. Atau mencari sekepal bola salju di kutub utara untuk membekukan ingatannya pada pertengkaran kecil yang semalam baru saja terjadi. Kasihan.

Terlalu dini baginya untuk sakit hati dan menyakiti hati. Terlalu dini untuk menerima keputusan yang dia sendiri keukeh mencoba untuk mempertahankan. Terlalu dini baginya untuk memantik api pada jiwa yang ia sayangi. Sudah terlanjur nasi menjadi bubur. Untuk apa kau menyesali. Meratapi. Merenungi. Menangisi apa yang terjadi. Percuma saja kau berdo'a untuk diatukan dua jiwa yang berbeda, mustahil! Seperti kau berusaha menyatukan air dan minyak tanpa pengemulsi, kesia-sian belaka. Sudahlah berhenti untuk melakukan upaya tak ada makna. 

Kau pasti ingat cerita seorang majikan yang mencintai burung peliharaannya. Ia begitu dirawatnya. Dikasih makan tak pernah kelaparan. Diberi minum tak pernah merasa haus dan dahaga. Dibersihkan kandangnya dari kotoran. Dihias sangkarnya. Begitu amat sangat cinta dan sayang ia pada burung peliharaannya. Namun, tahukah engkau? seandainya kau bisa memahami bahasa burung itu, mungkin dia akan mengatakan;

"Mencintai bukan berarti mengekangku. Menyayangi bukan berarti mengurungku.Mengasihi bukan berarti menyiksaku. Bukan mempenjarakanku dalam ruang sempit hingga aku tak berdaya. Bukan, bukan seperti itu"

Namun apalah daya, burung tetaplah burung yang ditakdirkan tidak bisa dipahami bahasanya oleh segenap manusia. Tapi coba kau lihat si pemelihara, ia tetap tersenyum. Senang. Bahagia karena ia tak bisa mendengar bahasa jiwa yang dicintainya. Padahal yang dicintainya mengeluh dan menangis darah. Begitulah cerita cinta.

Dan kau, masih belum bisa memahami apa yang baru saja aku ceritakan. Sudahlah bebaskan jiwa yang kau cinta. Jangan kekang dia. Jangan kau jeruji dia. Jangan kau penjara dia meski kau sebenarnya mencintainya. Ia ibarat burung yang senantiasa memohon pada majikannya untuk dibebaskan.  Dilepaskan. Terbang bebas kemana dia suka. Dan sungguh kau mencintainya, iya kan?

Maka belajarlah kau untuk mncintai seseorang tanpa harus kau kekang. Belajarlah kau mencintai seseorang tanpa harus kau mempenjarakannya dalam tata ruang sempit yang hanya membuatnya tersiksa tak berdaya. Bebaskanlah dia. Yakinlah selama dunia belum hancur lebur. Di sana masih ada cinta. Cinta yang tidak dibungkus dengan kepalsuan dan kebohongan seperti cerita barusan.

>

Leave a Reply


Terimakasih sudah berkunjung :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates