Semoga Saja



Teruntuk rintik hujan yang rinainya mulai menjelma sesuatu yang ku rindu. Tuhan, aku merindunya di bawah rinai hujan dengan damainya malam ini. Kusadari,  percakapan yang terjadi malam itu, akibatnya hanya menabur garam luka pada setiap inchi luka di hati. Hanya akan menjadi diri kami sendiri seolah kami melupakan satu sama lainnya. Hanya akan membuat sekat dan jarak di ruang hati masing-masing diri. Hanya akan membuat sepi diri sendiri tanpa interaksi.  Hanya akan .....

Teruntuk rembulan yang sinarnya redup malam ini mulai menjelma sesuatu penuh duka. Tuhan, aku meyesalinya walau Engkau tahu aku tak sedang menginginkannya. Hanya saja masih ada luapan kerinduan yang membuncah dalam dada yang diam-diam memerangi dan menyayat hati, karena sebuah imaji sejati.

Teruntuk langit yang gelap tanpa cahaya. Dan aku yakin di sisi lain dari dirimu masih ada sebongkah cahaya yang memberi harapan pada hati-hati yang mulai meranggas dan putus asa. Dan ku berharap, harapan itu masiha ada. 

Samapai kapan?

>

Tentang Aku & Keberanian



Tak terasa sudah. Hari disulap menjadi minggu. Mingu disulap menjadi bulan. Bulan disulap menjadi tahun, dan tahun disulap menjadi sebuah bilangan angka yang menandakan bahwa aku sudah sampai pada usia dewasa. Terimakasih Tuhan telah Kau selesaikan misi demi misi hidupku satu persatu hingga aku sampai pada  usia sekarang ini demi sebuah misi hidup baru lagi.

Terimakasih atas keberanian yang Engkau titipkan padaku, hingga aku berani membawa ragaku sendiri sampai di sini. Menapaki jejak yang tak pasti ini. Mencipta cerita tersendiri untuk diri. Mencipta rindu dalam hati yang masih belum tergenapkan oleh sebuah prasaaan. Dan lebih terpenting lagi, untuk tetap berani mencari sebuah penyelesaian atas sebuah pencarian untuk diri yang masih sendiri. Hingga tergenapi. Amin...

Tuhan, izinkan aku meracau dengan penaku tentang Aku & sebuah keberanian. Tentang cara jitu untuk melawan sebuah ketakutan. Tentang cara jitu untuk melawan sebuah kekawatiran yang teramat dalam. Tentang cara jitu untuk melawan sebuah kekecewaan. Dan tentang jurus pamungkas untuk menenangkan  sebuah rongrongan prasaan yang belum tergenapkan. Sampai kapan?

Tentang aku dan kebaranian adalah sebuah ungkapan yang belum terpecahkan hingga detik ini, karena ia adalah sebuah misi suci yang diperintahkan Tuhan sekaligus Nabi. Dan aku terlalu takut untuk mengungkapkan akan hal itu. Sampai kapan?
Biarkan sang waktu membantuku dalam sebuah misi baru ini.

>

Sebuah Ekspresi Diri



Sejak kau bersamaku. Tepatnya di tanggal 02 November 2014 kita akhirnya disatukan dalam kebersamaan. Dan sejak itu, kau benar-benar teman yang bisa memberiku sebuah hiburan yang mengikis dan menenggelamkan segala kegundahan. Jujur saja, sebelumnya aku sangat merasakan kegalauan dan kegundahan yang diam-diam menyiksaku secara perlahan, dan aku tak tahu bagaiamana caranya melampiaskan dan menghilangkan kegalauan dan kegundahan yang  diam-diam semakin mengendap dalam diri bagai ampas kopi. 

Dan kini, aku tak perlu sekalut dulu. Yah dulu, sebelum ada kehadiranmu. Kini kamu selalu setia berada di dekatku kemanapun aku pergi. Kita akan selalu bersama. Kita seperti sebuah prangko yang lengket dan tak terpisahkan. Dengan begitu, aku kapan saja bisa memandangimu dengan segala bentuk pandangan liarku, Dengan begitu, aku bisa kapan saja menyentuhmu dengan segala jenis sentuhan yang bisa ku mainkan. Dengan begitu, aku bisa kapan saja merabamu dengan berjuta desiran nafsu yang membara dalam diriku. Dengan begitu, aku bisa kapan saja menari-narikan jemariku di atas papan keyboardmu yang semakin hari semakin lembut saja kurasakan. Kau benar-benar membahagiakan.

"Terimakasih atas kebersamaanmu bersamaku sampai detik ini" 
Doakan aku semoga aku bisa menjagamu. Merawatmu. Mencintai dan menyayangimu sebagai tanda syukurku pada Tuhanku. Karena segala sesuatu tak mungkin abadi kecuali dengan mencintainya, Dan cintalah yang akan selalu abadi meski yang dicinta telah pergi. Bijak.

>
Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates